
Sejarah Perusahaan
Jelajahi perjalanan panjang PT. Difa Mahakarya, mulai dari pendirian hingga pencapaian-pencapaian penting yang menjadikan kami pemimpin di bidang kami saat ini.
1950
Penelitian Stabilasi Tanah
Amerika serikat memulai penelitian tentang stabilisasi tanah, diikuti Skandinavia dan Belgia sebagai aplikator soil stabilizer paling banyak di dunia yang berkembang hingga ke perbaikan tanah (soil improvement) dengan metode pencampuran dangkal (shallow mixing) dan pencampuran dalam (deep mixing).
1990
Soil Stabilizer
Bahan penstabil tanah (soil stabilizer) mulai masuk di pasar Indonesia.
2000
Meningkatnya Produk Soil Stabilizer Impor
Sudah beredar sekitar enam puluh merek impor bahan penstabil tanah di Indonesia dengan mayoritas jenis bahan polymer. Kelompok soil stabilizer lain juga dikembangkan dengan bahan dasar semen (soil-cement), ion-exchange, bitumen, dan lignosulfonate.
2000
Penemuan Soil Stabilizer oleh Dr. Hery Budianto, S.T., M.T.
Melihat banyaknya bahan penstabil tanah yang beredar di Indonesia dan semuanya impor, mendorong keprihatinan beliau tentang eksistensi produksi dalam negeri; beliau memulai penelitian tentang bahan penstabil tanah. Dengan segala keterbatasan ilmu-teknologi, biaya dan waktu beliau mulai meneliti pengembangan bahan penstabil tanah, di antara waktu saat menempuh doktoral di Teknik Lingkungan ITB, Bandung.
Penelitian tentang bahan penstabil tanah adalah penelitian mandiri yang berada di luar tema akademik yang ditempuh. Pada penelitian tentang DAF penulis juga sempat mendapatkan bantuan dari Menristek melalui program Riset Unggulan Terpadu (RUT) dari tahun 2003 – 2005.
Hasil penelitian Dr. Hery Budianto, S.T., M.T. tentang soil stabilizer (2002 – 2008) memutuskan memproduksi formula bahan penstabil tanah yang mengabungkan antara pengubahan-ion (ion-exchange) dan semen-tanah (soil-cement). Pertimbangan yang digunakan adalah gabungan metode pengubahan-ion dan semen-tanah menunjukkan kinerja yang paling baik dibandingkan dengan metode lain. Metode gabungan ini juga mampu memperbaiki metode semen-tanah. Metode semen-tanah telah banyak diaplikasikan di Indonesia terutama pada pembangunan lapis keras jalan pada tanah lunak dan ekspansif (kembang-susut), terutama di pantai timur Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Pertimbangan kedua produksi soil stabilizer berbasis ion-exchange dan soil-cement (IESC) adalah kemasan dan peralatan produksi yang ekonomis. Kemasan dalam bentuk karung 25 kg dengan jenis butiran lebih mudah didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan biaya pengangkutan yang murah. Peralatan produksi yang tidak membutuhkan unit produksi tanpa tekanan dan suhu juga terjangkau oleh kemampuan investasi beliau.
2002
Pengabdian Dr. Hery Budianto, S.T., M.T.
Beliau Kembali ke Yogyakarta untuk meneruskan pengabdian sebagai dosen
2002
Aplikasi Soil Stabilizer Pertama
Aplikasi soil stabilizer yang pertama kali dilakukan adalah pada konstruksi bendung di Sindangpano, Majalaya (2008). Aplikasi berikutnya dilakukan pada konstruksi jalan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Sedangkan sebagai bahan impermeable DIFA® SS telah diaplikasikan pada kolam ikan di Yogyakarta. Aplikasi pada kolam ikan menunjukkan bahwa DIFA® SS bersifat ramah lingkungan. Hasil pengujian TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dan LD50 (Lethal Doses 50%) oleh Laboratorium Toksikologi, Teknik Lingkungan ITB menunjukkan bahwa DIFA® SS tidak beracun dan berbahaya pada lingkungan; karena memenuhi baku mutu yang ditetapkan. DIFA SS juga dapat digunakan untuk mengikat limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti abu terbang (fly ash) dan limbah tanah tercemar minyak dan mampu memenuhi baku mutu TCLP dan LD50. Keuntungan yang diperoleh pada pengolahan limbah B3 dengan DIFA® SS adalah pemanfaatan limbah B3 menjadi struktur jalan. Selain itu biaya pengolahan limbah B3 dengan DIFA® SS juga lebih murah dibandingan dengan metode bioremediasi, pembakaran (termic) pada pabrik semen, maupun dengan solidifikasi/stabilisasi sistem dumping. Penghematan yang dapat dilakukan mencapai 30-40%.
2002
Improvisasi dari Soil Stabilizer
Penelitian oleh Nunez (2002) dari Wisconsin University menunjukkan bahwa struktur pavement composite yang terdiri dari lapisan stabilisasi tanah yang dilapisi aspal panas (hotmix) sebagai lapisan aus lebih murah 20% dibandingkan dengan flexible pavement (jalan batu) dan rigid pavement (jalan beton). Dengan menggunakan struktur pavement composite program Kementerian PUPR tentang kontrak berbasis kinerja (performance based-contract, PBC) kemungkinan dapat terlaksana. Kendala terbesar pada program PBC adalah penerapan konstruksi jalan batu murah pada biaya pembangunan tetapi mahal pada biaya pemeliharaan; sedangkan pada konstruksi jalan beton biaya pembanunan mahal, biaya pemeliharaan murah, sehingga metode PBC relatif sulit untuk diterapkan. Dengan menggunakan lapis keras komposit (stabilisasi tanah dan lapisan aus) metode PBC lebih mungkin dapat dilaksanakan karena biaya pembangunan dan pemeliharaan yang relatif lebih murah dibandingan konstruksi pavement yang lain. Metode PBC ini juga mendesak untuk dilaksanakan karena berdasarkan pengalaman yang dilaksanakan di negara-negara Amerika Selatan memberikan penghematan 20% bagi owner (Dep. PUPR untuk di Indonesia).
2012
Penemuan DIFA®SS
Peneliti membuat merk dagang baru DIFA®SS dengan produsen PT. Difa Mahakarya. Tujuan membuat merek baru adalah agar harga bahan penstabil tanah tetap murah. Dengan harga yang murah ini tujuan pembangunan prasarana jalan berbiaya murah dan kuat di Indonesia dapat tercapai.